kuliah itu,

berat.

 

tekanan ada dari segala sisi,

 

dosen, keluarga, bahkan lingkungan pertemanan,

 

semuanya menuntut kita untuk bersaing.

 

Di saat sedang lelah setelah mengerjakan segala tuntutan akademik, tiba-tiba ada yang sedang menjuarai lomba esai internasional. Tiba-tiba ada yang lolos student exchange program ke Taiwan. Tiba-tiba ada yang mendapat penghargaan dari menteri. Tiba-tiba ada yang mendapat grand prize senilai 100.000.000 rupiah. Tiba-tiba ada yang jadi ketua himpunan, dan bahkan presiden kabinet….

 

Kadang manusia hanya perlu pengakuan. Rasa dianggap, dihargai, menjadi pemenang, unggul dalam sesuatu. Padahal, sebenarnya,

setiap orang memiliki fasenya masing-masing.

 

Apabila ada yang memenangkan sesuatu, mendapatkan sesuatu, menjadi sesuatu,

kita tidak perlu sama sepertinya untuk menjadi manusia.

Kita tidak perlu sama — dia juara, aku juga. dia jadi ketua, aku juga. Tidak perlu.

 

Mungkin ada waktunya menjadi juara, menjadi pemimpin, menjadi sesuatu. Mungkin belum sekarang, atau mungkin juga tidak sama sekali. Itu bukan masalah,

kita bisa tetap bersinar dengan cara kita sendiri.

 

Terkadang, menjadi biasa-biasa saja itu perlu. Menjadi biasa-biasa saja itu menyenangkan. Banyak yang bisa dilakukan tanpa ada tuntutan sana sini. Bekerja, melakukan sesuatu di belakang layar. Tidak menjadi sorotan. Pergi kesana kemari tanpa ada yang mengenali. Hanya sebagai manusia biasa, melengkapi peristiwa besar yang terjadi di dunia. Figuran. Bahkan hanya sebagai penonton.

Sepi? Tidak juga.

Damai? Iya.

 

Sekali lagi,

setiap orang memiliki fasenya masing-masing.

Apabila kamu sedang mendapatkan apa yang kamu inginkan saat ini, selamat! Pertahankan apa yang sudah diperoleh. Tebar manfaat untuk sekitarmu, karena itulah kodrat sebaik-baiknya seorang manusia.

Apabila kamu belum, kejar terus apa yang mau kamu kejar. Beri selamat kepada yang sudah mendapatkannya, ambil pelajaran.

 

Tentang semua kejadian yang telah menjadikan diri kita seperti saat ini,

ada baiknya kita bersyukur.