unreached dreams

Haaai, udah lama banget aku ga nyentuh blog ini! Feels so good to be back.

Oiya, untuk membuka cerita kali ini…. Aku mau ngasitau dulu kalo aku ga lolos tes AFS tahap 3 nya hehe jadi aku tetep di Indo dan menjalani hidup seperti anak-anak SMA biasa. Rasanya sedih banget banget banget parah gabisa dapet pengalaman student exchange pas SMA, gabisa nyontreng bucket list yang udah aku bikin. Pas awal-awal pengumuman tuh rasanya terpukul banget (wkwk lebay). Setiap ada yang ngomongin soal AFS atau Bina Antarbudaya atau hal-hal yang berkaitan dengan student exchange, aku langsung nangis. Nangis beneran loh, nangis nyesek gitu rasanya.

Kayak….. akutuh udah pede banget bakal keterima karena aku rasa pas aku menjalani tes demi tes Alhamdulillah gapernah ada masalah yang aneh-aneh. Dan aku optimis banget bakal keterima. Dan ternyata ga keterima. Apalagi ada dua orang anak dari kelompok tes ku waktu dulu yang keterima. Syahna keterima dan berangkat ke Hungaria, sedangkan Adit keterima dan berangkat ke Amerika. Oiya Farid juga keterima, tapi dia ga ngambil AFS nya. Dia milih ke Jerman pake lembaga lain. Waktu itu rasanya nyesek banget, but I’m so happy for them. Tapi sedih juga sih soalnya pas udah pada keterima tahap selanjutnya dll tuh pada left group line yang dulu kita bikin, sampe akhirnya pas 2017 member groupnya tinggal aku doang haha sedih ya😪

Dan akhirnya lama-lama aku bisa berdamai dengan keadaan. Menghibur diri sendiri. I told myself that masih banyak kesempatan buat student exchange, ga terbatas disini aja. Terus aku harus menggunakan waktuku yang tersisa di SMA ini dengan baik, harus belajar yang bener biar lolos SBMPTN, harus banyak-banyak berteman, dan harus membuat masa SMA ini bisa dikenang. Kenangan yang baik tentunya.

 


 

Seperti anak SMA pada umumnya, saat kelas 12 aku mulai melihat-lihat universitas yang aku rasa cocok untukku. Cari informasi dari kakak kelas, datang ke edufair yang ada di sekolah, searching di internet, dll. Aku juga ikut inten buat mempersiapkan SBMPTN.

Sayangnya pada saat itu aku tuh gatau minat aku apa. Bener-bener gapunya hobi, gapunya bakat yang terlihat menonjol, pokonya aku tuh biasa banget deh orangnya. Tapi, sejak SD aku udah pengen jadi chef gara-gara nonton Farah Quinn, master chef, Natgeo People, dan Asian Food Channel di TV. Emang hobi makan juga sih. Tapi aku nggak merasa punya kemampuan yang menonjol dalam masak. Jadi aku memutuskan buat kuliah perhotelan khususnya di bidang culinary.

Saat membuat keputusan tersebut aku belum cerita ke orang tua. Aku cuma rajin cari-cari info tentang perguruan tinggi yang bisa mewadahi keinginanku. Dan ternyata banyak perguruan tinggi yang bagus dalam bidang itu. Ngga cuma di Indonesia, tapi di luar negeri juga. Nah sejak itu aku jadi lebih fokus ke satu tujuan : kuliah culinary di luar negeri. Oiya, aku tuh pengen kuliah di luar negeri juga gara-gara ga keterima AFS hahah.

IDP_Logo

Setelah melalui proses panjang searching, nanya-nanya ke orang, dan baca-baca brosur, aku menemukan satu lembaga yang aku rasa bisa memfasilitasi keinginanku ini. Nama lembaganya IDP Education (kalo di Bandung ada di Jl. Sulanjana). Disitu aku diberi pengarahan mengenai jurusan apa yang harus aku ambil berdasarkan minat dan bakat yang kumiliki. Aku bercerita sangat banyak mengenai impian dan hal-hal yang ingin aku capai. Setelah mendengar semua ceritaku, kakak konsultan memberiku beberapa alternatif culinary school yang kira-kira sesuai dengan minatku. Salah satu yang menarik perhatianku adalah Le Cordon Bleu. Tempat ini emang terkenal banget karena menghasilkan lulusan yang berkualitas di bidangnya. Dan juga karena dia punya banyak cabang di berbagai negara. Ada yang di New Zealand, Australia, Prancis, Thailand, Amerika, Inggris, Jepang, dan Korea.

54245

Konsultan dari IDP waktu itu menyarankan untuk memilih Le Cordon Bleu yang di New Zealand, based on keinginan aku menguasai bidang culinary yang mana (waktu itu aku bilang mau lebih fokus ke culinary arts tapi pengen bisnis juga). Untuk masuk kesana, ada persyaratannya. Skor IELTS minimal 6.0 dan umur minimal 17 tahun. Karena bahasa inggrisku biasa aja, jadi aku berencana buat les IELTS dulu. Biayanya seinget aku 3 juta buat les privat sebulan.

Masalahnya, aku belum konsultasi ke orang tua sama sekali. Dan buat ikut les, tentu saja aku harus bilang ke orang tua soalnya aku belum berkemampuan bayar sendiri (yaiyalah). Akhirnya sepulangnya aku dari IDP Education, aku langsung ngobrol sama orangtuaku berkaitan dengan keinginanku sekolah kuliner di New Zealand.

And yes, my parents won’t let me.

Alasan papa sebenarnya masuk akal, karena aku adalah seorang perempuan. Dalam islam, seorang perempuan tidak seharusnya bepergian jauh tanpa mahramnya (suami atau keluarga). Seharusnya hanya dengan alasan itu saja sudah cukup membuatku paham alasan papa melarangku. Tapi aku tetep keukeuh dan bersikeras bahwa banyak juga sisi positif dari sekolah di luar negeri.

Pengalaman baru, gaya hidup baru, bisa belajar banyak nilai kehidupan (toleransi, mandiri, dll) Ada aturan dalam agama yang melarang perempuan bepergian sendiri tanpa mahram
Bakal semangat dan relatif lebih ringan kuliahnya karena sesuai sama minat aku. Aku juga udah kebayang bakal kerja kaya gimana Jauh dari keluarga, terutama dari adikku yang saat itu masih berusia 2 tahun (pasti bakal kangen banget parah)
Banyak scholarship dan cara mendapatkannya tidak sulit, biaya kuliah bisa tidak terlalu tinggi Biaya hidup sangat tinggi jika dibandingkan dengan berkuliah di Indonesia

Dan banyak plus minus lainnya yang waktu itu aku tulis, tapi sekarang udah lupa he he he he sorry

Saat itu aku terus membujuk orangtuaku. Namun setelah berdiskusi panjang, mempertimbangkan plus minus dari segalanya, aku kembali harus mengalah dengan keadaan.

Mungkin akan ada saatnya nanti aku bersekolah di luar negeri.

 


 

unnamed

Kembali menjadi anak kelas 12 yang ambisius, aku belajar di inten dengan sangat serius. Bahkan lebih serius daripada saat belajar di sekolah, karena aku merasa SBMPTN jauh lebih penting daripada ujian sekolah maupun ujian nasional. Aku kerjakan semua tugas dari inten, aku sangat jarang skip kelas, selalu ikut try out, dan sering mengambil kelas tambahan. Mungkin cerita tentang perjuangan SBMPTN akan aku lanjutkan nanti. Biar post ini ga terlalu panjang hehe.

 


 

Buat kalian yang mau melanjutkan kuliah di luar negeri dan mau tau lebih lanjut tentang IDP Education, bisa klik link berikut ini :
https://www.idp.com/indonesia/studyabroad

Langsung aja hubungi contact person disana, kalian bisa arrange meeting buat ngebahas keinginan kalian yang berkaitan dengan kuliah di luar negeri. Konsultannya baik, berpengalaman, dan pengertian banget parah sampe bisa diajak curhat wkwk. Selain itu, IDP juga memfasilitasi kalian yang mau tes IELTS lohh

 


 

Segini dulu deh postnya. Semangat buat kalian yang lagi ngejar universitas impian. Semangat kejar cita-cita, tapi harus tetep dengerin advice dari orang sekitar, jangan keukeuh gamau dikasitau. Banyak-banyak berdoa juga, karena bisa jadi ada miracle yang terjadi sebagai hasil dari doa-doa yang kita panjatkan. Kalo keinginan kalian belum tercapai, mungkin itu bukan yang terbaik buat kalian. Tapi tetep jaga mimpi kalian, karena you have a whole lot of time untuk mencapai semua impian kalian satu persatu.🍀

 

Leave a comment